Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata; Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam (SAW) bersabda: “Ada tiga golongan yang tidak ditolak doanya, orang berpuasa sampai berbuka, pemimpin yang adil dan orang yang dizalimi.” (Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah disahihkan Albani dan Syuaib al-Arnauth)
Muqadimmah
Bertemu bulan Ramadhan adalah karunia yang tak ternilai. Sayangnya,
kenikmatan yang begitu berharga ini tidak diberikan kepada semua orang.
Banyak orang mengidamkan bisa bersua dengan Ramadhan, tapi Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) tak memberikannya.
Allah SWT mewafatkannya sebelum Ramadhan tiba. Ada juga yang diuji
oleh Allah SWT dengan penyakit sehingga tak sanggup menjalankan ibadah
di bulan yang mulia ini.
Bersyukur, hal inilah yang mesti dilakukan setiap orang yang
dipertemukan dengan Ramadhan dalam keadaan sehat. Mensyukuri nikmat
Ramadhan tentu tidak cukup hanya dengan gembira dan suka cita.
Ramadhan menuntut kita untuk memanfaatkannya. Ketika Ramadhan bisa
dimaksimalkan, maka itulah hakikat syukur kita pada kenikmatan ini.
Satu hal yang membuat kita miris, Ramadhan yang sangat spesial ini
kerap menerima perlakuan yang tidak sebagaimana mestinya. Sadar atau
tidak, kadang waktu penuh makna ini terlewatkan tanpa diisi dengan
ibadah.
Bahkan tak jarang bulan Ramadhan ini menjadi ajang mempererat hubungan
dengan televisi melalui sinetron dan acara-acara lain yang sebenarnya
menodai bulan Ramadhan.
Fenomena ini tentu saja sangat ironis. Sebab, Allah SWT menghadirkan
Ramadhan untuk diisi dengan ketaatan. Ramadhan bukan sekadar puasa dari
makan dan minum. Dalam Ramadhan banyak ibadah yang mesti kita hadirkan.
Salah satunya adalah banyak berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT.
Makna Hadits
Sejenak mari kita menoleh ke belakang. Mengingat dan merenungi
perjalanan hidup kita sebelas bulan yang telah lewat. Jika kita jujur,
maka kesimpulannya relatif akan sama. Banyak dosa yang telah kita
perbuat. Tapi istighfar dan tobat yang kita lakukan bisa dihitung dengan
jari.
Di bulan ini kita berkesempatan menambal dan menutupi kelalaian itu.
Dosa yang kita lakukan bisa kita lebur di bulan ini. Tapi tentunya tidak
dengan santai atau tidur-tiduran. Tidak juga dengan memelototi
televisi, dan meramaikan majelis-majelis maksiat atau majelis yang tidak
bermanfaat. Yang harus kita lakukan adalah banyak berdoa kepada Allah
SWT. Berzikir dan mendekatkan diri kepadanya.
Perintah banyak berdoa di bulan Ramadhan juga sebenarnya sudah
disebutkan secara tersirat dalam al Qur’an. Ketika Allah SWT menyebutkan
ayat-ayat tentang puasa, di tengah-tengahnya diselipkan ayat tentang
doa.
Syaikh Khalid al Mushlih berkata, di dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa doa orang yang berpuasa itu (sangat) layak diharap untuk dikabulkan doanya.
Kenapa secara khusus Allah SWT memerintahkan berdoa di sela-sela ayat
puasa? Sebab berdasarkan Hadits di atas, doa orang yang berpuasa itu
tidak akan ditolak. Allah SWT akan mengabulkan dengan tiga cara.
Dari Abu Said, Rasulullah SAW Bersabda; “Tidaklah
seorang Muslim berdoa kecuali Allah akan memberikan salah satu di antara
tiga perkara ini: bisa dengan disegerakan mewujudkan permintaannya.
Atau bisa juga ditabungkan di akhirat atau Allah memalingkan dia dari
musibah yang sepadan dengan doa yang ia minta.” (Riwayat Ahmad)
Ada beberapa alasan kenapa doa orang sedang berpuasa mustajab. Salah
satunya, karena orang yang berpuasa sedang menjalankan kewajibannya.
Allah SWT sangat suka dan mencintai didekati hambaNya melalui
ibadah-ibadah yang wajib.
Ibnu Mas’ud berkata; “Bawalah kebutuhan-kebutuhanmu dalam ibadah wajib.” (Riwayat Abdurrazzaq dalam al Musannaf)
Hadits di atas semakin menguatkan betapa berharganya Ramadhan itu.
Saat kita butuh ampunan dan kasih sayang Allah SWT, Allah SWT membuka
dan memastikan setiap permohonan akan diterima. Tentunya do’a ini akan
dikabulkan jika memenuhi syarat dan ketentuannya.
Syaikh Assyinqiti menyebutkan; “Allah SWT jelaskan pula di ayat
yang lain bahwa Allah SWT mengabulkannya bagi mereka yang di kehendaki.
Dalam al-Qur’an Allah SWT Berfirman: “ (Tidak) hanya kepadaNya kamu
minta tolong (berdo’a), jika Dia menghendaki Dia hilangkan apa (bahaya)
yang kamu mohonkan kepada-Nya”.(QS. Al An’am [6] : 41)
Siapakah yang dikehendaki untuk dikabulkan doanya? Mereka
adalah orang yang memenuhi syarat-syarat terkabulnya doa. Di antara
syaratnya dalah yakin, sungguh-sungguh dan tidak terburu-buru.
Dalam Hadits disebutkan; “Doa seorang hamba akan tetap dikabulkan
selama tidak berdoa untuk hal yang dilarang (berdosa) atau untuk memutus
tali silaturahim dan selama tidak terburu-buru.”
Dikatakan; “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru (dalam
doa)?” Beliau SAW menjawab:”Yaitu perkataan, “Aku telah berdoa tetapi
aku tidak melihat akan dikabulkan.” Maka dia akan merasa letih kemudian
akan meninggalkan doa.” (Riwayat Muslim).
Kita sering mendengar bahwa di bulan Ramadhan setan dibelenggu. Betul,
tapi yang dibelenggu adalah setan dari kalangan jin. Adapun setan
berwujud manusia tetap bebas berkeliaran di bulan Ramadhan. Bahkan kerja
mereka di bulan ini jauh lebih dari biasanya.
Setan apa pun bentuknya tetap tidak berubah statusnya. Ia adalah musuh
kita yang nyata. Maka kita pun memperlakukannya sebagai musuh. Dalam
konteks Ramadhan, misi setan adalah agar kita lalai dan tidak maksimal
beribadah.
Bagaimana melawan mereka? Caranya adalah dengan berusaha dan berdoa. Agar kita maksimal dalam beribadah maka kita harus memintanya kepada Allah SWT. Syaikh Al Utsaimin berkata dalam tafsirnya;
“(Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami
meminta pertolongan)” dan tidak mungkin seseorang bisa menegakkan ibadah
kecuali dengan pertolongan dari Allah”.
Itulah salah satu hikmahnya kenapa Allah menggandengkan ibadah dan isti’anah
(memohon pertolongan).
Bulan Ramadhan adalah bulan ibadah. Kita semua tentu ingin Ramadhan ini
bisa kita penuhi dengan ibadah. Namun, mengandalkan diri sendiri tanpa
keterlibatan Allah SWT tidaklah mungkin. Kita selalu butuh pertolongan
Allah SWT dalam segala hal.
Meminta kepada Allah SWT bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan kita.
Doa adalah ibadah. Karenanya, Allah SWT senang kepada hambaNya yang
banyak meminta. Berapapun yang kita minta Allah SWT akan memberikannya.
Sebaliknya, Allah SWT akan murka kepada hambaNya yang malas berdoa.
Bahkan, keengganan berdoa telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai tanda
ketakaburan seseorang. Karena itu, kita jangan pernah bosan meminta pada
Allah SWT. Waliyyadzu billahi min dzalik!
Ahmad Rifai
Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan.
Suara Hidayatullah Edisi 03 | Agustus 2012 | Ramadhan 1433, Hal 90 – 91
Posting Komentar